Hai, Apa Kabar?

Hai, apa kabar? Baik-baik saja bukan?
Ya, kata kata yang kulontarkan di depan cermin, untukku sendiri. Kulihat pantulan diriku, wanita hampir seperempat abad dengan kacamata hitam melekat di wajahnya, rambut sepunggung yang di ikat kuda, baju lusuh senada dengan raut wajah yaanngg ah sudahlah, tidak layak untuk dipamerkan ke dunia.
Apa kamu baik - baik saja? Atau lebih tepatnya, apakah aku baik - baik saja?
Pertanyaan yang begitu luas dan memiliki berbagai versi jawaban. Tergantung, mau ku jawab dari sisi mana.
Oke, akan kujawab, sebagian, tidak semua. Karena kuakui, akupun belum bisa menjawab pertanyaan “baik baik saja bukan?” dari semua sisi secara penuh.
Oke, reka ulang.
“Hai, apakabar? Baik - baik saja bukan? ”
Ya, kabarku sungguh baik. Jika ku jawab dari sisi…
Ah, ternyata aku tidak bisa melanjutkan kalimat di atas. Bahkan, untuk menemukan satu sisi dari sekian banyak sisi di kehidupanku untuk berkata aku baik - baik saja tidak lah mudah, bung!
Tapi, aku memang baik - baik saja, dari sisi sandiwara kehidupan. Haha. Miris bukan.
Tidak, aku menulis ini bukan untuk dikasihani atau mencari simpati. Sungguh, bukan. Menulis, melatih kejujuran diri. Aku terbiasa berbohong ketika bertemu dengan teman - temanku, berkata bahwa aku selalu baik - baik saja, lalu tertawa, berbohong, tertawa, berbohong, tertawa, berbo…
Aah, lelah, aku hanya ingin jujur, pada diri sendiri, karena ketika aku tidak bisa jujur lewat suara dan nada, setidaknya aku di beri kesempatan untuk jujur lewat rangkaian kata, juga lewat do'a kepada Tuhanku.
Aku, hanya merasa aku perlu jujur dengan diriku sendiri, mengenali diriku sendiri, lagi dan lagi.
Ku coba untuk menatap lagi sosok yang terpantul di cermin di depan ku, dengan tegas kukatakan “jika kau tidak baik - baik saja, bilang sajalah, tak usah kau berbohong terus. Kasihan, kau juga butuh di tolong. Menangislah, tapi ingat, jangan berlarut dalam kesedihan. Karena dunia akan terus berjalan, sesedih apapun kamu, dunia tidak akan mau menunggu kamu untuk bangkit, kecuali kamu mau menolong dirimu sendiri. Maka jujurlah, dan tolong dirimu sendiri.”
Hening
Hingga akhirnya kulihat cermin untuk kesekian kalinya. Terlihat kacamata hitam masih melekat di wajahnya, rambutnya sudah sedikit berantakan, bajunya masih sama lusuh, tapi wajahnya, sedikit berbeda. Aaaah ternyata wanita itu tersenyum. Ya, aku tersenyum, dengan jujur, tanpa kepura-puraan yang menyertai.

Salam, selamat malam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRK Lasik Surgery Experience : Pengalaman Menyembuhkan Mata Minus dan Silinder Part 1 (Pra-Lasik)